Top Bisnis Online
- Ide Bisnis Online Berbasis Eco-Friendly & Sustainability: Peluang Hijau di Era Digital
- Bisnis Produk Daur Ulang: Contoh, Pasar, dan Strategi Penjualan Online
- Cara Membangun Portofolio Freelance Tanpa Pengalaman
- Tips Freelance Writer: Nulis di Medium, LinkedIn, atau Blog Pribadi – Mana yang Paling Tepat?
- Micro-Investing: Nabung Harian Lewat Aplikasi Investasi Rp 10 Ribu
Trading dan Investasi
- 20 Peluang Investasi Menguntungkan untuk 2026
- 12 Investasi Reksa Dana Pendapatan Tetap Terbaik 2025
- Model Drawdown Control: Batas Cut-Loss Tahunan/Per-Trade dan Plan Recovery Modal
- Teknik Self-Talk Scripts untuk Mengatasi Panic Selling atau FOMO Saat Pump Besar
- Manajemen Stres & Mental dengan Cold Exposure dan Exercise Micro-Break Sebelum Trading
ad1
Iklan Gratis
FIlosopi trading , filosopi kehidupan
Trading
Juli 19, 2012
Bagi para trader (baik yang sedang akan maupun yang sudah lama malang melintang dan berpengalaman), tak ada salahnya jika mampir dan singgah di Cafe Socrates sejenak untuk merenungkan hakikat dunia trading itu sendiri. Jangan sampai ketika mendapat profit lantas bersuka ria dan bersorak-sorai penuh euforia, namun ketika loss menimpa langsung down dan merasa pobia bahkan trauma. Manusiawi memang. Tapi saya yakin, sepertinya pada waktu profit, kita agak gampang lah menguasai diri walau senyum selalu menghiasi wajah sepanjang hari. Namun bagaimana kalau loss?
Berikut ini saya nukilkan sebuah kisah tradisional Budha yang sangat terkenal. Kisah ini menarik bagi seseorang yang mengalami perubahan yang mengandung rasa kesedihan dan kehilangan, serta merasa bahwa tidak ada orang lain yang mengalami derajat penderitaan seperti yang dia alami. Kisah ini akan membantu kita menemukan konteks perasaan tersebut.
Di suatu tempat yang jauh, tinggallah seorang perempuan muda bernama Kisagotami. Dia hanya mempunyai satu anak laki-laki yang sangat ia sayangi. Pada suatu ketika, anak tercinta semata wayangnya tersebut jatuh sakit. Meski Kisagotami telah berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkannya, putra terkasihnya itu meninggal dunia. Putus asa karena merasa kehilangan dan tidak dapat menerima kematian buah hatinya, dia mendatangi semua temannya dan berkata, “Tolong selamatkan anak saya.” Namun, semua orang yang dia temui menjawab, “Anakmu sudah meninggal, Kisagotami. Tidak ada lagi yang bisa menolongnya. Tak seorang pun dari kita mampu melakukannya.”
Kisagotami tidak dapat menerima jawaban mereka. Ibu malang itu akhirnya membawa serta putranya dalam pelukannya untuk menghadap Budha. Manakala sampai di hadapan Budha, dengan menangis tersedu-sedu, wanita muda yang merasa sangat kehilangan tersebut mengadu, “Tolong selamatkan anak saya. Tolong beri saya obat untuk menyembuhkannya.”
Dengan kearifan dan rasa kasihan, Budha berkata kepada Kisagotami bahwa dia akan membuatkan ramuan obat untuk menyembuhkan anak tersebut. Untuk itu, dia membutuhkan beberapa bahan khusus, di antaranya segenggam biji mustard.
“Tapi,” tambah sang Budha, “kamu harus mendapatkan biji mustard dari rumah yang di dalamnya tak ada satu pun penghuninya yang meninggal.”
Kisagotami mulai mengelilingi kampung, singgah dari satu rumah ke rumah lainnya dengan harapan menemukan biji mustard. Setiap penghuni rumah yang dia jumpai dengan senang hati menawarkan biji-biji mustard dengan harapan dapat menyelamatkan nyawa anaknya. Tetapi, tatkala Kisagotami menanyakan apakah salah seorang di rumah itu ada yang meninggal, semua penghuni rumah mengiyakannya. Pada rumah pertama, penghuni rumah itu mengatakan bahwa suaminya yang meninggal dunia. Pada rumah kedua, yang telah meninggal adalah anak perempuannya. Dan pada rumah ketiga, neneknyalah yang telah tiada. Begitu seterusnya, tak ada satu pun rumah yang belum pernah mengalami kehilangan anggota keluarga.
Dengan sedih, Kisagotami kembali pada Budha dan dengan lemah lembut membaringkan jasad anaknya. Dia berkata kepada sang Budha, “Saya sekarang mengerti apa yang hendak Anda dan orang-orang lain coba sampaikan kepada saya.”
Sang Budha dengan rasa kasihan berkata kepada Kisagotami, “Kamu mengira bahwa hanya kamu yang pernah merasakan kehilangan. Tetapi, kematian adalah sifat dasar kehidupan dan tidak ada seorang pun yang dapat menghindar darinya.”
PESAN UTAMA:
KEMATIAN adalah sifat dasar KEHIDUPAN.
Renungan untuk trader:
Loss, sebagaimana juga profit, adalah sifat dasar trading. Menolak yang satu sama artinya meniadakan yang lainnya. Bukan berarti kita mengharapkan loss (sebagaimana tidak ada seorang pun di antara kita yang menginginkan cepat-cepat mati). Tetapi, agar kita bijak menyikapinya. Taati risk management yang sudah dirancang, yakinlah terhadap strategi yang digunakan, juga berdisiplin dalam trading. Selebihnya, serahkan semuanya kepada market *halah :D
Satu lagi yang penting, kalau pada waktu trading saja sudah kepikiran loss terus, jangankan mendapat profit, menikmati proses trading saja tidak mungkin bisa. Sama saja kalau selalu takut kepada kematian, bagaimana bisa kita menikmati dan mensyukuri hidup ini? Kalau sejak membuka posisi saja sudah terbayang-bayang pertanyaan, “Bagaimana ya kalau nanti ternyata loss?”, ya mungkin itulah yang akan terjadi. Ingat The Law of Attraction, Kawan :)
Semoga bermanfaat, terutama untuk saya sendiri tentunya.
copas dari vryza ,,,
Related Posts
Chord dan Lirik
Ulasan Film
- [Boot Ceremony] Genius Girlfriend / Tian Cai Nv You – 天才女友 (2026) Part II
- [Release Date] This Thriving Land / Sheng Wan Wu – 生万物 (2025) Part V
- [Wrapped Up] The Awakening / Si Shi Qi – 四十七 (2026) Part II
- Summit of Our Youth / Wo Zai Ding Feng Deng Ni – 我在顶峰等你 (2025)
- Summit of Our Youth / Wo Zai Ding Feng Deng Ni – 我在顶峰等你 (2025)
ad2
Keimanan dan Keyakinan
- Hadiah Pahala – Fatwa al-`Asqalani
- Mahasiswa UI Gelar Konvoi Solidaritas untuk Palestina, Tolak Penjajah Zionis Israel
- Siapa Sajakah yang Berhak Menjadi Wali Nikah, Jika Ayah Mempelai Wanita Tidak Ada?
- Ada Tabir Ajaib yang Mencegah Tercampurnya Air Laut dan Air Tawar di Selat Gibraltar
- Khutbah Idul Adh-ha 1446 H/2025 M, Hikmah Idul Adh-ha dan Kurban
Olahan Makanan
Tempo Doeloe
- Beberapa tempat setelah Jepang kalah perang dan Belanda kembali datang, 1945
- Kumpulan beberapa ilustrasi zaman dulu tentang Nusantara (5)
- Sejarah Mahasiswa (61): Mamoer Al Rasjid Alumni Stovia; Hariman Siregar dan Sjahrir dalam Peristiwa Malari 1974
- Kawasan sekitar Balikpapan setelah Jepang kalah perang dan Belanda kembali datang, 1945
- Sejarah Indonesia Jilid 10-2: Reformasi cara Berpikir Penulisan Sejarah di Indonesia;Para Sejarawan vis-a-vis Para Peminat Sejarah
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Leave A Comment...